Waktuku Menghapusku

Written By Dark_Angel on Kamis, 12 Juni 2014 | 07.56

Pepatah mengatakan, “setiap orang tidak akan pernah lupa dengan apa yang telah ia alaminya, hanya saja ingatan-ingatan lama tertumpuk dibawah ingatan-ingatan baru yang telah dialaminya”. Namun, pernahkah kita mencoba kembali mengingat masa-masa kecil kita ?

  
    Mengejutkan, ketika aku kembali membuka lembaran lama masa laluku yang kulihat melalui situs jejaring sosial Facebook. Banyak hal yang tidak lagi ku ingat. Momen-momen yang pernah kulalui, nama- nama yang pernah menjadi bagian dari cerita hidupku. Teman, sahabat atau seseorang yang pernah ku sukai. Semua menjadi sebuah cerita nostalgia tersendiri. Lembaran- lembaran lama , ku coba untuk mengingatnya.

      Tak pernah kubayangkan, aku melupakan kisah-kisah bersama mereka. Akankah mereka juga merasakan seperti apa yang telah aku rasakan. Mulai melupakan masalalu. Meninggalkannya dibawah tumpukan-tumpukan ingatan yang baru. Hingga usang atau tak terjamah sedikitpun. Banyak orang mengatakan semakin dewasa maka semakin banyak kita mendapat wawasan baru. Kita dituntut selalu berfikir untuk masa depan. Namun pernahkah kita mencoba berfikir tentang masalalu kita. Siapakah anak (pria/wanita) yang pernah duduk disebelahku ketika aku masih berada di Taman Kanak-kanak ? atau pernahkah kita berfikir, seperti apakah kita saat kita masih belia dulu yang masih belum bisa berfikir tentang masa depan?

      Ingatan masalalu mulai trerlupakan. Semakin kita dewasa, semakin kita tidak sempat memikirkan masa kecil. Kisah kita yang hanya berada di tangga waktu. Sebuah jalan lurus yang tidak memperbolehkan kita untuk mundur. Itulah waktu kehidupan. Dimana kamu tidak akan pernah dapat kembali ke masa lalu. Meninggalkan serpihan-serpihan ingatan yang masih setia melekat hingga kini. Memori-memori dari kisah masa kecil yang tersisa.
Aku mencoba mengingat kembali, ketika aku masih kecil dulu. Melintasi ruang waktu dan membawaku dimasa saat aku masih tak berdosa. Membuka laci-laci paling dasar dari ingatanku. Mengingat kembali saat-saat menyenangkan bermain bersama teman sebayaku, yang kuingat masih berusia 4 tahun kala itu. Bermain Ayunan atau sebua perosotan. Sungguh mengasikkan, dimana tak ada aturan yang mutlak yang harus dituruti. Masih menganggap dunia ini adalah tempat bermain yang luas. Walaupun tak pernah sedikitpun lepas dari pengawasan mereka - yang lebih dewasa.

      Agak berbeda ketika masaku beranjak diantara kelas 1 hingga kelas 6 SD. Beberapa peraturan mulai terbuat (Peraturan Sekolah) dan membatasi gerak. Namun, hal itu tak pernah menjadi sebuah hambatan. Aku mengingat salah satu kisahku saat aku membuat sebuah janji yang tak pernah ku ingkari. Cerita ketika aku dan dia terjebak dalam hukuman yang sama ketika terlambat sekolah. Dikunci dari dalam dan dilarang masuk sekolah. Kami pun berjanji untuk tidak pernah terlambat lagi. Walaupun sekarang sudah mulai terlupakan. Masih banyak cerita lain, ketika aku dan teman-teman masih dapat bermain bebas ketika pulang sekolah. Bermain Bola, Petak Umpet, Sodor, Kasti, dan yang lainnya. Enam tahun yang dihabiskan bersama menumbuhkan sebuah ikatan tersendiri diantara kita (Teman Sekelas) dan menjadi teman masa kecil. Merangkumnya dan menjadikan kenangan-kenangan indah masa kecil tulah yang kebanyakan orang katakan.

      Beranjak ke masa dimana kita mulai dituntut untuk cerdas lebih memahami dan tuntutan belajar. Mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mengembangkan ilmu-ilmu dasar yang telah direrima ketika masih di Sekolah Dasar. Dimasa ini teman masa kecil sudah mulai berkurang, karena perbedaan tempat untuk melanjutkan sekolah. Kita mulai berpencar. Menyebut satu sama lain yang berbeda sekolah “Dia adalah Teman Se -SD ku dulu”. Menemukan teman-teman baru, wajah-wajah baru dan lama. Tingkatan yang berbeda dari sekolah yang lama. Mulai meninggalkan masa anak-anak.
Masa putih Abu-Abu atau masa Sekolah Menegah Atas adalah masa terindah – kata mereka yang mengakuinya. Dimasa ini selalu menjadi masa yang memiliki paling banyak kompleksitas. Sedih, senang, Bahagia, Cinta, Benci, Terharu. Semua diasah. Kisah-kisah di Masa SMA terkadang takpernah dapat terlupakan. Di masa inilah semua tertuang. Namun di masa inilih titik awal menumpuk masa lalu dimulai. Mungkin akan jarang terdengar “Dia adalah teman Se-SD ku dulu”. Tapi akan mulai berubah menjadi “Dulu dia dari SMP mana ?”. Bahkan permainan masa kecil sudah dianggap tidak lagi cocok. BAnyak dari teman-teman ku yang sudah tak lagi mau main Sodor. Mereka berkata itu “kita bukan anak-anak lagi”. Banyak juga yang menggunakan bahasa-bahasa berbeda dan terkadang tidak memenuhi kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar (loe or gua). Walaupun begitu masa SMA masih menjadi masa yang indah – kata mereka.

      Namun kini semua menjadi berbeda, masa depan menjanjikan hal lain. Koper besar yang dikhususkan untuk memori masa lalu telah terbentuk dan siap untuk dilempar di dalam lubang jurang terdalam. Mulai terlupakan. Kesibukan kesibukan yang dilakukan saat memasuki Usia Dewasa mulai mengharuskanmu menyisihkan ingatan masa kecilmu. Dan hanya menyisihkan serpihan-serpihan kecil. Tugas kuliah, skripsi, pekerjaan rumah tangga, tuntutan kerja, ataupun ngidam sang istri. Membuatmu mengalihkan masalalu, mungkin ada beberapa yang membuangnya dan berharap tak kembali atau hanya sebagian kecil yang masih dapat mengingat jelas memor masakecilnya. Dunia kini telah berubah. Akupun sudah tidak lagi mengingat” Siapakah anak (pria/wanita) yang pernah duduk disebelahku ketika aku masih berada di Taman Kanak-kanak ?”. Mungkin sangat menyakitkan ketika kau tak dapat mengingat hal yang ingin kembali kau ingat. Yang seharusnya tak dilupakan karena itu adalah bagian dari dirimu.[]

0 komentar:

Posting Komentar