Bukan maksudku untuk mengharapkan malaikat kematian datang, atau aku sudah bosan dengan kehidupanku. Aku hanya ingin memberikan beberapa pesan kepada orang-orang yang telah ku tinggalkan ketika aku pergi nanti. Dan aku hanya ingin merasakan berharganya hidup ini dengan membuat surat wasiatku sendiri. Karena hanya sedikit orang yang mencoba membuat surat wasiat kematiannya. Mungkin karena kebanyakan orang takut akan datangnya kematian. Biasanya hanya orang-orang yang telah mengetahui kematiannya – seperi telah didiagnosa terkena penyakit mematikan dan diprediksi kematiannya, atau orang – orang lanjut usia lah yang menyempatkan untuk membuat surat wasiat. Untuk mereka, orang – orang yang ditinggalkan.
Terdapat sebuah pepatah yang mengatakan “manusia tidak akan pernah merasakan berharganya sehat sebelum ia pernah merasakan sakit”. Begitu juga dengan kehidupan. Masih bayak yang belum merasakan betapa berharganya kehidupan kecuali mereka merasakan kematian – walaupun itu jarang terjadi. Bukankah akan menarik jika kematian seperti menghantuimu. Atau seakan akan kau akan mati besok atau sekarang. Karena kau akan lebih menghargai kehidupanmu. Namun satu yang ku tau malaikat kematian tak pernah mengingkari janjinya.
Surat ini ditujukan kepada mereka yang pernah mengenalku. Yang merasa kehilangan atau merasa senang dengan kepergianku. Semua yang menangis dan tertawa diatas batunisanku. Aku tau kelak namaku akan diukir diatas sebuah batu nisan berwarna putih diatas gundukan tanah berisi aku – yang tak bernyawa. Aku yang telah dipakaikan kain kafan putih. Aku harap banyak yang datang saat pemakamanku. Karena mungkin doa – doa itu cukup menjadi bekalku.
Pertama, aku hanya akan mengucapkan “Maaf” atas semua kesalahan yang telah ku lakukan – karena sepertinya banyak kesalahan yang ku lakukan. Mereka yang merasa pernah ku sakiti atau masih menyimpan dendam. Ku harap rasa itu telah hilang bersama dengan kepergianku terutama untuk keluargaku. Begitupun dengan semua orang yang merasa memiliki salah kepadaku. – mungkin. Aku telah” memaafkan” mu. Walaupun ada beberapa yang tak bisa ku maafkan. Namun takkan lagi dapat ku bawa. Aku juga meminta maaf untuk semua “harapan” yang tak dapat aku wujudkan. Untuk orang – orang yang mungkin kecewa.
Dan aku berharap tali silaturrahmi yang telah terputus dapat kembali seperti dulu. Mengingat kini beberapa tali yang telah ada mulai menghilang dan terputus. Kebanyakan karena kurangnya transformasi dari generasi tua ke generasi muda atau generasi muda yang enggan melanjutkannya. Bukankah katanya menjalin silaturrahmi akan menambah pahala – walaupun aku tidak tau pahala itu apa ? semua itu hanya menjadi sebuah keinginan kecilku yang kuharap nantinya akan terwujud.
Untuk yang menangisiku karena ketiadaanku di dunia ini. Kuharap kamu atau kalian merelakanku dan segera menghentikan isakan tangis. Bukannya aku tidak mengharapkan orang orang yang merindukan kepergianku. Tetapi sebenarnya yang ingin ku katakana adalah “Aku tidak pergi kemana-mana, aku hanya kembali kepada – Nya” – mungkin istilah itu yang tepat. Hanya masalah waktu saja aku akan bertemu lagi dengan kalian. Di tempat yang berbeda tentunya.
Terakhir, aku ingi setelah kepergianku. Kisah – kisahku akan selalu diingat, dan takkan dilupakan. Walaupun ku tau mengingat sesorang yang telah pergi – terutama yang takkan kembali, itu menyakitkan. Karena aku sendiri pernah mengalaminya. Tapi mungkin menurutku dilupakan oleh seseorang yang berharga bagimu akan lebih menyakitkan.
Hidup itu singkat dan kematian juga tidak begitu buruk. Tergantung seperti apa kita menyikapinya. Aku berharap surat ini dapat dibaca oleh semua orang, baik itu keluarga, saudara, sahabat, teman dan yang lainnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar